Senin, 20 November 2023

Kue Bernyanyi dan Lilin Menari.

Bagian ini ditulis untuk merayakan. 
Pada November serta kamu yang lahir didalamnya.

_____

Gorden kamar ini sudah lama sekali tak diganti, sepertinya sang empu sangat suka motifnya. Kala pagi sering kali kau buka hanya demi melihat matahari muncul walau kadang dirimu kesiangan sebab kerjaan yang paksa ragamu terjaga semalaman. Genteng-genteng rumah tetangga terlihat jelas, ada beberapa sepatu yang diletakkan, biasanya mereka habis mencuci setelah beberapa hari sibuk dipakai. Sama, kau juga seharusnya mencuci sepatu minggu kemarin, tetapi tidak sempat.

Selasa pagi ini cukup cerah, sekejap dirinya memandang langit yang tampak serasi dengan awan sebagai kawannya. Kau harap hari ini berjalan baik, sebab ia ingin meraup waktu dengan bahagia di hari jadimu. 'Apakah umur dua puluh tahun masih boleh diberi ucapan?' Pikiran ini tiba-tiba muncul.

Daun pintu kamar pun diketuk, itu adalah ketukan dari sang adik. Isyarat sebuah pesan bahwa sarapan pagi ini sudah matang, tentu sejak tadi wangi nasi kuning menyeruak masuk dalam sela kamar sampai ke indra pencium mu. "Kenapa senyam-senyam?" Cekikikan kecil keluar dari ranum sang adik. Tanpa sadar kau turut melambangkan sabit. "AYO, KAKAK SUDAH DITUNGGU!" Serunya antusias. 

Sebelum benar-benar keluar kamar, kau sempatkan diri tuk membasuh muka. Lalu menatap diri lewat pantulan kaca. Rambutnya yang basah dibagian atas pula parasnya yang sejuk selalu jadi dambaan sendiri bagi seseorang. 

Melangkah untuk merayakan hari jadi bukanlah hal buruk. Kau tak pernah membayangkan bahwa di atas meja sudah ada kue dan lilin-lilin yang menari. Pula para keluarga yang menyambutnya dengan wajah bagya berseri tawa. Rasanya seperti lahir kembali, mungkin saat masih balita dirimu tak pernah ingat bagaimana wajah orang-orang yang ikut bahagia menyambutnya di dunia. Tapi, sekarang kau sadar, bahwa hari ini adalah hari senyum yang patut dirayakan. Hari ini dirimu sedang dirayakan. 

Lantunan lagu menyuara, tepuk tangan ikut serta. Langkahnya menuruni tangga terasa berbunga. Ah, merah jambu lukis warna pipimu sekarang.  Saat bagian di mana lirik lagu itu di nyanyikan.

Sal Priadi – Serta Mulia 

Serta mulia panjang umurnya
Damai sentosa kita bersama (kita bersama)
Serta mulia panjang umurnya
Damai sеntosa kita bersama

Sekarang dan milyar-milyar
Juta-juta ratus tahun lagi
Ulangi
Tahun yang
Penuh bahagia bеrsamaku
Bersamaku bersamaku bersamaku

Dalam hangat pelukan, ia terharu tanpa sesegukan. Ia menari dalam hati yang permai, sekali lagi, ia dirayakan, ia diberi kejutan. 

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ kue dan ucapan

Tak ada henti lekung manis muncul dari para anggota keluarga, lampu menyala dengan terang gembira. Lalu menatap piring tuk saling menyicip kue ketan hitam buatan mama. Suapan pertama diberikan kepadanya, kepada beliau yang sudah melahirkan anak baik sepertimu. Dilanjuti oleh ayah, kakak, adik juga untuk dirimu sendiri. 

"Tumbuh kuat anak ganteng mama. Sehat dan selamat." Lembut tuturnya selalu tenangkan hati, dibawanya hadiah dalam kotak persegi. Sambil dicium pipimu kanan-kiri

"Ayah juga punya." Netramu terbuka seketika,  sembunyikan malu dalam dada. "Tumben banget," ucapmu, mengambil amplop tipis dari sang kepala keluarga yang beliu simpan pada kantong celananya tadi. "Terimakasih mama, ayah." Peluk berbarengan, kau terharu dibalik dua rengkuhan.

"AKU, AKU JUGA PUNYA!" Tergesa-gesa si bungsu berjalan, ada sekotak hadiah yang ia sematkan. "Ini untuk kakak ganteng." Tangannya terulur dengan lincah, terlihat gantungan kecil hasil buatannya.

"Hadiah paling lucu, terimakasih adek cantik." Ia melompat kegirangan, senang hadiahnya diterima dengan baik. 

Yang terakhir menghampiri malu-malu, memberi hadiah tanpa babibu, itu dari kakakmu. "Selamat ultah, jangan cepet tua." Singkat ucapnya namun sungguh sayang perasaannya, tulus kasihnya, serta selalu doakan mu tanpa sudah.

Rumah pagi ini ramai akan tawa mendawa suka
Rumah pagi ini penuh dengan kasih yang amerta
Rumah pagi ini berseri tanpa ingat akan duka

Tak apa jika kau ingin dapat gembira
Tak perlu resah jika esok kembali duka
Tak apa, jangan khawatir, Tha.

Cerahmu kan selalu terlihat meski dalam gelap gulita. Meski dalam legam ingatan senda, meski dalam ruangan tanpa lampu menyala. Kau akan terus terlihat, walaupun mendung mengambil awan biru muda. Jadi, selamat serta mulia. Dengan yang ternama, Hartha Devara.










☆ Ini hadiah dariku.
Bahagia-bahagia, lanjut usia, semoga dapat warsa yang beri padya pula hari bermakna. Selamat menjadi pria paling bahagia, Tha :)

Poems — Vol. I